Rajin Pangkal Pandai

10 Juni 2011

Dibalik Sukses SDN Bantarjati 9 Meraih Adiwiyata Mandiri (Bagian 2)

ImageOrang-Orang di Belakang Layar
Empat tahun berjuang, membangun dan memperbaiki sarana prasarana sekolah, membangun komitmen diantara para guru, orang tua murid, mulai nampak hasilnya. Di tahun 2008, SDN Bantarjati 9, untuk yang pertama kalinya, dan merupakan sekolah pertama di Kota Bogor, terpilih menjadi sekolah calon Adiwiyata. Keberhasilan tersebut tentu saja menjadi penyemangat rengrengan pengelola SDN Bantarjati 9, ibarat setetes air di padang gersang.
 
Di tahun itu dan berikutnya, makin banyak orang tua yang berdomisili di sekitar sekolah mempercayakan anaknya untuk dididik di sana. SDN Bantarjati 9, menjadi fenomena, terlebih lagi saat mendapat anugerah Adiwiyata di tahun berikutnya, tepatnya di tahun 2008.

“Kekuatan internal kami memang terbatas, namun kekuatan ekternal yang membantu kami sangat tidak terbatas, mulai dari peranan para orang tua murid, insan pers, instansi pemerintaha, swasta, BUMD, Perbankan dan pihak-pihak yang selama ini membantu kami, sangat luar biasa,”ujar Yayah.

Dengan semangat yang tak pantang menyerah, Yayah dan dewan guru, komite sekolah terus memperbaiki sistem pendidikan  yang diterapkan di sekolahnya. Dia tak bosan-bosan menneriakan yel-yel lingkungan hidup yang diciptakan bersama para guru.  

“Anak cerdas,” sapa Yayah dan para guru kepada anak didiknya di setiap kesempatan
“Cinta Lingkungan,” jawab para siswa serempak.
“Buang sampah sembarangan,” katanya lagi.
“Malu ah!”

Tidak hanya sekedar yel-yel, penanaman cinta lingkungan terus ia kumandangkan melalui lagu-lagu yang dirubah liriknya, poster, karya para siswa yang ditempel di kelas dan  di luar ruangan. Perbaikan lingkungan sekolah agar lebih asri, pembuatan biopori, dan pengaplikasian 3 R, seperti recycle-reuse,  dan game lingkungan hidup  terus ditingkatkan.
 
Di tahun berikutnya, yakni di tahun 2010, SDN Bantar jati kembali mendapatkan dua anugerah sekaligus. Sekolahnya mendapatkan anugerah Adiwiyata tahun ke 2, sedangkan Yayah Komariah menjadi The Best Teacher se-Jawa Barat di bidang lingkungan hidup. Kesibukannya tentus  saja menjadi sangat padat, selain meningkatkan pengetahuan siswa dalam bidang lingkungan hidup, dirinya juga merasa bertanggung jawab dalam pengembangan budaya Sunda.

Untuk menambah cakrawala pengetahuan muridnya dalam bidang budaya, ia mengadakan kerjasama dengan PEPADI Kota Bogor, dengan mendatangkan para dalang ke sekolahnya. Dalam berbagi ilmu lingkungan hidup, Yayah juga terbilang dermawan, ia menjalin kerjasama dengan berbagai LSM lingkungan hidup, misalnya Telapak, Jaringan Pendidikan Lingkungan, Kania Pajajaran menyelanggarakan seminar, workshop bagi para guru dan kepala sekolah se-Kota Bogor.    

Image

Tidak itu saja, SDN Bantarjati juga menjalin kerjasama dengan Perbankan, dan PDAM Kota Bogor. Dua anak didiknya, yakni Muhammad Al Fatih dan Nazwa Azzura, menjadi Duta Air PDAM. Di kesempatan lain, saat lomba membaca puisi di Istana Negara, Al Fatih dan Nazwa sempat membuat kagum Wapres RI, Boediono dan sejumlah menteri dan pejabat tinggi lainnya dengan puisi yang berjudul Bangau Tong-tong. Odzon dan Hemat Air.

Tentu saja, semua kesuksesannya  bisa dicapai, selain dukungan para guru, orang tua dan pihak-pihak lainnya. Ada sosok yang tidak bisa ditinggalkan yakni Pak Kumis, suaminya.

Pak Kumis ini, selain ihlas membiarkan isterinya mengabdikan secara total dengan profesinya sebagai pendidik, juga sangat berbesar hati dan siap mengantar isteri tercintanya ke tempat yang ditujunya.  Selain Pak Kumis, ada sosok lain yang merupakan tim sukses Yayah cs, yakni dua orang pengajar yang selalu kompak, duet Pak Dena dan Pak Haris.

Dena dan Haris inilah yang sigap dan cekatan melengkapi seluruh kelengkapan administrasi yang diperlukan. Keduanya tak jarang harus begadang hingga larut malam, mempersiapkan segalanya, khususnya saat-saat mendekati penilaian.

“Saat menjelang penilaian tak jarang kami harus tidur di sekolah,”ungkap Dena diamini Haris. Namun bukab berarti apa yang mereka kerjakan itu adalah SKS, sistem kebut semalam. Seperti yang dilakukan oleh mereka-mereka yang ikut perlombaan.
“Semua seperti disulap, bahkan pohon juga ditanam hanya dalam satu malam,” ujar Yayah. Alasannya, tim penilai Adiwiyata bisa datang kapan saja, tanpa pemberitahuan lebih dulu.

Kurun waktu 2010 dan 2011, merupakan saat yang paling sibuk bagi SDN Bantar Jati 9, karena selain harus menyiapkan diri untuk meraih Adiwiyata Mandiri, sekolah ini juga sering kedatangan tamu dari luar nageri dan luar daerah. Diantaranya dari Negara Nepal, Malaysia, Korea dll. Sedang dari dalam negeri  tercatat dari Kalimatan, Papua dan Jawa Tengah. Yayah tidak banyak berkomentar saat ditanya berapa banyak kunjungan dari sekolah yang ada di Kota Bogor.

Ia hanya mempersilahkan untuk melihat buku tamu, yang merupakan saksi bisu. Karena di sekolah peraih Adiwayata ini, semuanya serba tercacat dan teradministrasikan dengan baik. Alangkah kagetnya, karena jumlah sekolah yang ada di Kota Bogor jumlahnya lebih sedikit dibanding yang datang dari luar Bogor. (dhp)
 
 
sumber: http//kotabogor.go.id

0 komentar:

Posting Komentar